Tuesday 21 December 2010

TKI di Arab Saudi Bak Budak Belian

JAKARTA (Pos Kota) – Siapa bilang jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) itu enak karena mendapat gaji besar. Di Arab Saudi pekerja asal Indonesia seperti budak belian. Diperlakukan seenaknya oleh majikan. Sudah dibegitu, tidak ada pula perlindungan hukum dari pemerintah. Itulah yang diungkapkan sejumlah TKI di Arab Saudi dalam wawancara dengan Pos Kota via telepon.
Diperkirakani ada ribuan TKI yang hidup menggelandang dan luntang-lantung setelah kabur dari majikannya. Mereka tak memiliki dokumen, hidup berpindah-pindah lantaran dikejar-kejar oleh polisi.
Persoalan yang dihadapi pekerja asal Indonesia di Arab Saudi sangatlah kompleks. Bekerja secara ilegal sebagai pembantu rumah tangga atau pelayan toko, gaji sering tak dibayar. Majikan menganggap mereka sudah ‘dibeli’ puluhan juta rupiah dari agen penyalur dan tak perlu lagi digaji, bahkan bisa diperlakukan semena-mena.
Pekerja perempuan disiksa, tak sedikit diperkosa hingga hamil. Banyak di antara mereka yang kabur dari majikan dan menjadi pekerja ilegal dengan hidup menggelandang dari satu tempat ke tempat lainnya.
Santoso, salah satu TKI asal Banyuwangi yang bekerja di perusahaan jasa pengiriman barang di Mekah mengaku miris melihat nasib pekerja asal Indonesia. “Katanya kerja di Arab itu enak, gajinya besar. Apanya yang enak. Pekerja kita umumnya para TKW itu seperti budak belian. Mereka diperlakukan kayak hewan, miris saya,” ujar pemuda 29 tahun ini saat ditelepon Pos Kota, Rabu (24/11) malam.
Menurut Santoso, ada puluhan penampungan liar tempat persembunyian a TKI. ‘Istilahnya TKI kolong jembatan atau qubri. Satu penampungan ada sekitar 70 sampai 80 orang. Kira-kira ada ribuan orang kita yang menggelandang. Untuk makan ya kerja apa saja, yang perempuan dianggap bisa dibeli hanya 50 real saja,” ungkap Santoso.
Di penampungan liar, TKI juga sering diperas oleh sesama warga sendiri. “Ibarat jeruk makan jeruk, mereka juga diperas bangsa sendiri,” tambah Santoso.
Cerita duka dua pekerja Indonesia, Sumiati yang bibirnya digunting majikan, dan Kikim Komalasari yang diperkosa lalu dibunuh, menurut Santoso hanyalah sekelumit derita TKI yang muncul ke permukaan. Sesungguhnya banyak ‘Sumiati-Sumiati’ lainnya yang tersiksa.
TAK ADA PERLINDUNGAN
Di mata Santoso dan TKI lainnya, pemerintah RI sama sekali tak melindungi warganya. Mengadu ke Konjen RI sama saja buang-buang tenaga. Pengaduan diterima, tapi malah TKI yang disalahkan. “Kok malah dianggap nggak bisa melindungi diri sendiri, dianggap kerjanya yang nggak bener sehingga majikan marah.”
Lantaran pengaduan tak pernah direspon, TKI akhirnya berupaya melindungi keselamatan diri sendiri. Santoso menganggap, zaman pemerintahan Soeharto lebih bagus bagi nasib TKI. “Banyak orang Arap yang bilang, Pak Harto itu qois atau bagus, sama Raja Arab hubungannya dekat, jadi disegani. Nggak seperti sekarang.”
Pandangan yang sama juga dikatakan Diding, 29, lelaki asal Tomang, Jakarta Barat, yang bekerja di Arab Saudi sebagai sopir. Ia prihatin melihat nasib rekan-rekannya yang mengalami berbagai persoalan. “Kami ini berangkat ke negeri orang mau mencari nafkah, tetapi kenapa tidak ada perlindungan hukum untuk kami di sini?,” tanya Diding.
“Saya sangat mengharapkan undang-undang perlindungan bagi para TKI diperkuat terlebih dahulu sebelum Indonesia mengirim kembali TKI ke luar negeri,” harapnya. Diding bersyukur, selama setahun bekerja di Arab Saudi tak mengalami masalah.




JEDDAH, ARAB SAUDI - DIMANA PEMERINTAH -TKI BERHARAP PULANG


Harapan senada juga diungkapkan oleh Desi,24, TKI asal Cianjur yang mengais rezeki di Madinah. “Kami minta pemerintah melindungi kami. Entah sudah berapa kawan saya diperkosa. Dia kena razia, dibawa ke kantor polisi, diperkosa lalu diturunkan di jalan. Mau ngadu ? Percuma, kita yang malah disalahkan,” kata gadis yang mengais rezeki sebagai pedagang Kaki-5 ini lewat telepon. (irda/B)

3 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
pak muliadi said...
This comment has been removed by a blog administrator.
SAYA PAK RADI DI SEMARANG said...
This comment has been removed by a blog administrator.