Tuesday 9 August 2016

Cara pengolahan sampah organik dengan metode biologi (PSOMB)


 

1.  Bahan baku pengomposan
Bahan baku pengomposan adalah sebagai berikut :
  • Sampah organik rumah tangga dan sampah pasar
  • Usia sampah tidak lebih dari 2 hari
  • Nilai C/N sampah  30 : 1
  • Penambahan bahan penunjang (penambahan Carbon) dapat dilakukan sampai  mencapai C/N 30 : 1
  • Kadar air maksimal sampah 50 %
2.  Bahan penunjang
Bahan penunjang pengomposan adalah :
  • Mikroorganisme tambahan (inokulum)
  • Larutan gula (sebagai bahan makanan mikroorganisme)
  • Bahan-bahan yang dapat meningkatkan nilai Carbon dan C/N
3.  Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengoperasian meliputi :
  • Thermometer
  • Cetakan
  • Saringan kasa
  • Alat pencacah (manual atau mesin)
  • Sekop dan gacok
  • Emrat
  • Ember
  • Pakaian kerja lengkap
  • Tabung aerasi
4.  Cara kerja pengomposan
4.1.  Pemilahan sampah
  • Lakukan pemilahan pada sampah yang masuk pada awal proses dengan membagi sampah menjadi :
 Gambar 32. Pemilahan Sampah
    • Sampah organik yang dapat dikomposkan terdiri dari daun-daunan, rumput, sampah pasar, sampah dapur (sisa makanan, sisa ikan, sayur-sayuran, dan kulit buah-buahan  dan lain-lain )
    • Sampah yang tidak dapat dikomposkan yaitu : barang berbahaya : bekas pisau cukur, bekas alat suntik, infus, benda tajam lainnya (paku, tusuk sate), obat kadaluarsa dan lain-lain
    • Residu : daun yang keras dan  berserat, sabut tempurung kelapa, sekam tulang, kayu dan lain-lain
    • Barang lapak : kaleng, kardus, plastik, gelas, kaca, besi tua, logam,  dan lain-lain.
  • Jual atau sisihkan barang lapak ke pemulung atau bandar lapak
  • Jika ada insenerator disebelah PSOMB, bakarlah residu
  • Buang  sisa pembakaran dan barang berbahaya yang dibungkus dalam wadah tersendiri ke TPA khusus B3 seminggu sekali.
  • Jika tidak ada insenerator, bungkus barang berbahaya dalam kantong tersendiri dan bersama residu dibuang ke TPA seminggu sekali.
4.2.  Penumpukan bahan kompos
  • Siapkan bahan tambahan, EM4 dengan dosis 0,75%, 10 sendok makan gula putih dalam  2,5 – 10 liter  air setiap 200 kg sampah
  • Siapkan sampah yang telah terpilah
  • Lakukan penumpukan sampah organik (hasil pemilahan) yang dapat dikomposkan dengan bahan tambahan (dedak/yang lainnya) atau tanpa bahan tambahan dan microorganisme dosis yang telah ditentukan
  • Lakukan pencetakan dengan cetakan 1,45 m x 0,75 m x 0,5 m dengan ketinggian sesuai dengan perencanaan (0,8 -1 m)
4.3.  Pengukuran suhu dan kelembaban
  • Lakukan pengukuran suhu dengan termometer alkohol pertama kali setelah pemupukan berumur 3 hari untuk mengetahui suhu tumpukan.
  • Setelah itu setiap 2 – 4 hari lakukan pengukuran suhu tumpukan pada sekitar 5 lubang dengan suhu rata-ratanya, bila temperatur > dari 50° C lakukan pembalikan.
  • Cara mengukur suhu adalah dengan melubangi atau tusuk sisi tumpukan (sekitar 5 lubang) dengan alat bantu berupa sebatang besi atau kayu keras. Kedalaman lubang adalah 2/3 tinggi dari tebal tumpukan.
  • Masukan termometer tersebut, lalu lubang ditutup kembali. Setelah 1 – 2 menit termometer dicabut dengan menarik talinya, lalu secepatnya dibaca suhunya pada termometer, agar tidak dipenuhi suhu lingkungan
  • Lakukan pengukuran kelembaban tumpukan pada saat yang sama dengan pengukuran suhu. Kelembaban tumpukan yang diinginkan sesuai dengan ketentuan  yang berlaku ( ± 50%).
  • Cara mengukur kelembaban adalah ambil bahan tumpukan dari bagian yang dalam, kemudian remaslah dengan kepalan tangan.
  • Jika air remasan mengalir cukup banyak dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut terlalu lembab atau diatas 50 %
  • Jika air remasan tidak keluar dari sela jari, berarti tumpukan tersebut terlalu kering atau kelembaban  dibawah 50%
  • Jika air remasan menetes dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut mempunyai kelembaban sesuai yang dibutuhkan.
4.4.  Perlakuan pada proses pelapukan
Berikan perlakuan berikut sesuai hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu :
  • Jika suhu dan kelembaban tumpukan selama proses sesuai dengan ketentuan maka pembalikan dapat dilakukan seminggu sekali bersamaan dengan perlakuan penyiraman
  • Jika suhu tumpukan < 50° C, maka lakukan pembalikan dengan  membongkar tumpukan dan langsung memindahkannya ke tempat baru disebelahnya
  • Jika kelembaban tumpukan  > 50% ( basah),  maka  lakukan pembalikan pada tumpukan tanpa penyiraman
  • Jika kelembaban tumpukan  < 50% (kering), maka lakukan penyiraman  baik pada  saat pembalikan atau secara langsung diatas tumpukan
4.5.  Pematangan kompos
Lakukan proses pematangan pada tumpukan yang telah berumur sesuai ketentuan 14 – 18 hari, dengan cara membiarkan selama kurang lebih 33 hari.
Cara pengujian tumpukan memasuki masa pematangan sebagai berikut:
  • Warna tumpukan telah menunjukan kompos matang (sesuai ketentuan)
  • Jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram dengan air apabila kering, maka tercatat sebagai hari pertama pematangan
  • Hari selanjutnya, jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram dengan air apabila kering, maka tercatat sebagai hari kedua pematangan
  • Selanjutnya, jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram apabila kering, maka hari  – hari berikutnya tercatat sebagai pertama pematangan
4.6.  Pemanenan dan pengemasan
Panen dan kemaslah kompos yang telah matang dengan cara diayak (ukuran)kompos sesuai pembeli) dan masukan dalam kantong-kantong plastik.
Pada saat pemanenan akan diperoleh kompos halus ( lolos saringan 1 cm) dan kompos kasar.
Kompos halus peruntukannya pada tanaman didalam pot dan apotik hidup dan kompos kasar untuk pemupukan tanaman keras.
Sumber: Lya m Taufik Kamil, Pengelolaan  Sampah Terpadu 3R dan Berbasis Masyarakat (Reduce, Reuse, Recycle), PU

0 comments: