1. Bahan baku pengomposan
Bahan baku pengomposan adalah
sebagai berikut :
- Sampah organik rumah tangga dan sampah pasar
- Usia sampah tidak lebih dari 2 hari
- Nilai C/N sampah 30 : 1
- Penambahan bahan penunjang (penambahan Carbon) dapat dilakukan sampai mencapai C/N 30 : 1
- Kadar air maksimal sampah 50 %
2. Bahan penunjang
Bahan penunjang pengomposan adalah :
- Mikroorganisme tambahan (inokulum)
- Larutan gula (sebagai bahan makanan mikroorganisme)
- Bahan-bahan yang dapat meningkatkan nilai Carbon dan C/N
3. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam
pengoperasian meliputi :
- Thermometer
- Cetakan
- Saringan kasa
- Alat pencacah (manual atau mesin)
- Sekop dan gacok
- Emrat
- Ember
- Pakaian kerja lengkap
- Tabung aerasi
4. Cara kerja pengomposan
4.1.
Pemilahan sampah
- Lakukan pemilahan pada sampah yang masuk pada awal proses dengan membagi sampah menjadi :
Gambar
32. Pemilahan Sampah
- Sampah organik yang dapat dikomposkan terdiri dari daun-daunan, rumput, sampah pasar, sampah dapur (sisa makanan, sisa ikan, sayur-sayuran, dan kulit buah-buahan dan lain-lain )
- Sampah yang tidak dapat dikomposkan yaitu : barang berbahaya : bekas pisau cukur, bekas alat suntik, infus, benda tajam lainnya (paku, tusuk sate), obat kadaluarsa dan lain-lain
- Residu : daun yang keras dan berserat, sabut tempurung kelapa, sekam tulang, kayu dan lain-lain
- Barang lapak : kaleng, kardus, plastik, gelas, kaca, besi tua, logam, dan lain-lain.
- Jual atau sisihkan barang lapak ke pemulung atau bandar lapak
- Jika ada insenerator disebelah PSOMB, bakarlah residu
- Buang sisa pembakaran dan barang berbahaya yang dibungkus dalam wadah tersendiri ke TPA khusus B3 seminggu sekali.
- Jika tidak ada insenerator, bungkus barang berbahaya dalam kantong tersendiri dan bersama residu dibuang ke TPA seminggu sekali.
4.2.
Penumpukan bahan kompos
- Siapkan bahan tambahan, EM4 dengan dosis 0,75%, 10 sendok makan gula putih dalam 2,5 – 10 liter air setiap 200 kg sampah
- Siapkan sampah yang telah terpilah
- Lakukan penumpukan sampah organik (hasil pemilahan) yang dapat dikomposkan dengan bahan tambahan (dedak/yang lainnya) atau tanpa bahan tambahan dan microorganisme dosis yang telah ditentukan
- Lakukan pencetakan dengan cetakan 1,45 m x 0,75 m x 0,5 m dengan ketinggian sesuai dengan perencanaan (0,8 -1 m)
4.3.
Pengukuran suhu dan kelembaban
- Lakukan pengukuran suhu dengan termometer alkohol pertama kali setelah pemupukan berumur 3 hari untuk mengetahui suhu tumpukan.
- Setelah itu setiap 2 – 4 hari lakukan pengukuran suhu tumpukan pada sekitar 5 lubang dengan suhu rata-ratanya, bila temperatur > dari 50° C lakukan pembalikan.
- Cara mengukur suhu adalah dengan melubangi atau tusuk sisi tumpukan (sekitar 5 lubang) dengan alat bantu berupa sebatang besi atau kayu keras. Kedalaman lubang adalah 2/3 tinggi dari tebal tumpukan.
- Masukan termometer tersebut, lalu lubang ditutup kembali. Setelah 1 – 2 menit termometer dicabut dengan menarik talinya, lalu secepatnya dibaca suhunya pada termometer, agar tidak dipenuhi suhu lingkungan
- Lakukan pengukuran kelembaban tumpukan pada saat yang sama dengan pengukuran suhu. Kelembaban tumpukan yang diinginkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ( ± 50%).
- Cara mengukur kelembaban adalah ambil bahan tumpukan dari bagian yang dalam, kemudian remaslah dengan kepalan tangan.
- Jika air remasan mengalir cukup banyak dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut terlalu lembab atau diatas 50 %
- Jika air remasan tidak keluar dari sela jari, berarti tumpukan tersebut terlalu kering atau kelembaban dibawah 50%
- Jika air remasan menetes dari sela-sela jari, berarti tumpukan tersebut mempunyai kelembaban sesuai yang dibutuhkan.
4.4.
Perlakuan pada proses pelapukan
Berikan perlakuan berikut sesuai
hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu :
- Jika suhu dan kelembaban tumpukan selama proses sesuai dengan ketentuan maka pembalikan dapat dilakukan seminggu sekali bersamaan dengan perlakuan penyiraman
- Jika suhu tumpukan < 50° C, maka lakukan pembalikan dengan membongkar tumpukan dan langsung memindahkannya ke tempat baru disebelahnya
- Jika kelembaban tumpukan > 50% ( basah), maka lakukan pembalikan pada tumpukan tanpa penyiraman
- Jika kelembaban tumpukan < 50% (kering), maka lakukan penyiraman baik pada saat pembalikan atau secara langsung diatas tumpukan
4.5.
Pematangan kompos
Lakukan proses pematangan pada
tumpukan yang telah berumur sesuai ketentuan 14 – 18 hari, dengan cara
membiarkan selama kurang lebih 33 hari.
Cara pengujian tumpukan memasuki
masa pematangan sebagai berikut:
- Warna tumpukan telah menunjukan kompos matang (sesuai ketentuan)
- Jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram dengan air apabila kering, maka tercatat sebagai hari pertama pematangan
- Hari selanjutnya, jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram dengan air apabila kering, maka tercatat sebagai hari kedua pematangan
- Selanjutnya, jika tumpukan dibalik, suhu terukur < 45° C dan siram apabila kering, maka hari – hari berikutnya tercatat sebagai pertama pematangan
4.6.
Pemanenan dan pengemasan
Panen dan kemaslah kompos yang telah
matang dengan cara diayak (ukuran)kompos sesuai pembeli) dan masukan dalam
kantong-kantong plastik.
Pada saat pemanenan akan diperoleh
kompos halus ( lolos saringan 1 cm) dan kompos kasar.
Kompos halus peruntukannya pada
tanaman didalam pot dan apotik hidup dan kompos kasar untuk pemupukan tanaman
keras.
Sumber: Lya m Taufik Kamil,
Pengelolaan Sampah Terpadu 3R dan Berbasis Masyarakat (Reduce, Reuse,
Recycle), PU
0 comments:
Post a Comment